Rabu, 18 Februari 2015

CERPEN: Pertemuan di dalam mikrolet

Karya Rana Pratama

Arkan dalam perjalanan pulang sekolah menaiki mikrolet. Pandangan mata Arkan masih saja tertuju pada gadis itu. Gadis yang baru pertama kali di lihatnya. Dalam hati arkan timbul rasa penasaran yang terus berkecemuk. Siapakah gadis itu?. Nafsunya mendorong dia untuk berkenalan.

Namun hati Arkan bimbang. Tak jelas kemana arahnya. Gadis berlesung pipi dan bermata indah itu membuat arkan tertarik. Tertarik untuk mendekatinya dan tertarik untuk mengenalnya. Siapakah dia? Ketika Arkan menaiki bus yang akan di tumpanginya. Ia langsung tersihir oleh senyuman gadis itu. Gadis itu duduk di jok dekat pintu. Siapapun yang akan menaiki mikrolet pasti akan langsung melihat gadis itu. Sementara itu,jok di dalam mikrolet itu penuh. Kebetulan ada yang kosong di samping gadis itu. Arkan memandangi gadis itu,lalu bilang:"permisi,mbak"

Gadis itu tersenyum memandangi arkan. Bagi Arkan,senyuman itu bertanda bahwa ia boleh duduk samping gadis itu.

Gadis itu mempunyai mata yang indah,Kulit sawo matang,lesung pipi,bibir tipis,dan rambutnya bergelombang hitam legam. Menurut Arkan,seragam yang ia kenakan menunjukan bahwa,mungkin anak ini sekolah di SMK 1 jurusan Administrasi perkantoran. Terlihat ia mengenakan pakaian yang amat rapi. Pake rok,jas,dan di tangan kirinya,jam tangan itu menggeleng. Seolah ia selalu di buru waktu. Atau mungkin,jam itu ia kenakan untuk bergaya saja. Lalu tonjolan dadanya,oh,tidak,pikiran arkan begitu kotor. Dia tersadar dari lamunannya setelah ketahuan memandangi gadis itu. Lalu ia berpura pura melihat keluar jendela bus untuk melihat kendaraan yang berlalu lalang.

Ia masih penasaran dengan gadis itu. Kadang ia mencuri-curi pandang. Ketika aksinya ketahuan, ia pura-pura melihat keluar lewat jendela kaca yang berada di samping itu. Siapa ya, namanya?,bathin Arkan. Sebenarnya aku ingin berkenalan dengan gadis itu. Tapi aku bingung,mau ngomong apa,dan mulai darimana aku memulai percakapannya. Takut ngga merespon. Takut di cuekin. Takut nggak nyambung. Argh,coba saja,Kata arkan mengakhiri kesimpulan pertimbangan pikirannya.

"hmm..." Arkan berdehem. "hay," ia menatap gadis itu.

Gadis tersadar dari lamunannya. Kaget.

"ya,ada apa?" Katanya sambil menatap arkan.

"kamu dari SMK 1,ya?"

"iya. memang kenapa?"

"kenal vivi nggak?"

"vivi siapa?" "dia sepupuku. Seragamnya seperti yang kau kenakan. Kalau nggak salah dia kelas XI. kamu si kelas berapa?"

"XI juga. Rasanya murid Sejurusan denganku banyak. Jadi aku tak kenal satu persatu. Lalu,mungkin harus terkenal agar aku mengenalinya"

"dia tidak terlalu terkenal. Tidak exis. Kurang menonjol. Dan Biasa saja"

"Kau namanya siapa?"

"Anggun"

"nama yang cocok"

"maksudnya?"

"nama yang cocok,karena mengambarkan sosokmu yang begitu anggun"

Gadis itu tertawa. "Kau sendiri?"

"Aku Arkan"

Mereka ngobrol ngalor ngidul yang intinya hanya sebuah basa-basi.

Di terminal Bobotsari. Mikrolet itu berhenti. Gadis itu duluan turun. Lalu Arkan mengikutinya. Bengong. Seolah pikiran Arkan terus mengikuti gadis itu. Benar benar cantik,dirimu. Ada sesuatu yang berdetak-detak,kencang.  Yang berasal dari dada arkan.

"De,bayar" Kata kernet mikrolet. Arkan kaget. "oh,ini mas" Katanya sambil memberikan uang Rp. 2.000,-
Arkan mengikuti gadis itu yang berjalan cepat. Kemudian mendekatinya dan menyamakan langkahnya. Berdampingan.

"panas banget yah," Kata Arkan sambil mengusap keringat.

"iya" Jawab gadis itu tampa menoleh.

"oh,pemanasan global"

"cuacanya yang panas"

"mungkin"Katanya.

"eh,kau pernah berfikir?"

"tentang apa?"

"kota ini"

"rasanya tidak."Kata Anggun.

"Memang Kenapa?"

"Lihat." Sambil menunjukan di sekitarnya. "Parkiran,PKL,oh.mengganggu. Aku tak enak memandanginya. Hak untuk pejalan kaki pun di curi oleh pedagang kaki lima. Padahal,itu di peruntukan pejalan kaki"

"Memang. Tapi mau bagaimana lagi, itulah kenyataannya."

"Dan kau pernah berangan angan?. Sebuah kota yang bersih dan nyaman. Sebuah trotoar yang leluasa kita melewatinya"

"begitulah. Itu hanya sekedar angan angan. Beda dengan kota di negara maju. Tokyo,singapura,new york,dan paris. Aku ingin kota seperti itu. Memacu rutinitas di dalamnya."

"mungkin kita mempunyai pikiran yang sama"

"itu hanya kebetulan"

"kapan ya,kota kita seperti itu?"

"besok"

"bagaimana caranya?"

"Kau harus menggusur PKL,membersihkan Semuanya yang menurutmu tak nyaman. kau harus menjadi pemimpin kota ini dan menyetting tata kota ini,sesukamu." Arkan tertawa.

"Rasanya aku tak ingin memiliki banyak musuh."

"kalo kau mau,lokalisasi mereka. Buatkan MOL untuk mereka."

"Oh,aku tak mau menjadi pahlawan"

"terus kalo kamu mau,buat kota sendiri."

"bagaimana mungkin?"

"tak ada yang tidak mungkin di dunia ini"

"iya si,tapi,kau pernah menyobanya?"

"belum"

"kenapa kau berkata seperti itu."

"ngomong itu mudah"

***

"Aku dulu ya," Kata Gadis itu. Lalu menaiki angkot warna biru.

"Hati hati" Ujar Arkan.

Ia kemudian berjalan memasuki gang di dekat perempatan. Jalan yang ia lalui untuk berangkat-pulang sekolah. Kemudian menyusurinya. Ia memapahkan langkahnya cepat. Dalam benak arkan,pikirannya masih tertuju pada gadis itu. Membayangkan sosoknya yang melekat dengan namanya,Anggun. Ia juga selalu terngiang kata kata gadis itu. Ia juga selalu membayangkan mata indah gadis itu seolah sedang menatapnya. Dan Ia juga membayangkan senyuman manis gadis itu. Tiba tiba ia teringat sesuatu. "Kenapa aku tidak meminta nomor HPnya?"

Arkan menepok Jidatnya.

0 komentar:

Posting Komentar