Rabu, 18 Februari 2015

CERPEN: Siapakah aku?

Karya Rana Pratama

Bel istirahat pertama berbunyi. Pak bobi,guru kewirausahaan,bergegas membereskan LCD,Laptop,dan kabel- kabelnya. Sofyan,ketua kelas,membantunya. Teman-teman kelasku mulai keluar meninggalkan kelas dan aku mengikutinya. Aku berjalan menuju lapangan bola yang letaknya berada di depan kelas dengan di batasi oleh pagar keliling. Untuk menuju lapangan harus melewati pintu gerbang. Kebetulan sudah sepekan ini pintu gerbang bagian engsel patah dan rusak. Sehingga aku tak perlu repot repot meminjam kunci yang di pegang oleh pak marno,tukang kebun. Jadi,aku dapat menyelinap lewat celah yang terbuka. Hari ini aku ingin menyendiri.

Di balkon pinggir lapangan,aku duduk sambil menikmati suasana jalan raya yang berada di sebelah barat lapangan. Jalan itu ramai dan di padati oleh kendaraan yang lewat. Dari motor,mobil,truk,hingga kendaraan besar, berjibaku melewati jalan itu. Tak jarang, jalan itu rusak dan bahkan,setiap bulan terjadi kecelakaan di jalan tersebut. Nyawa pun melayang sia-sia.
Detik terus berlalu. Semakin lama aku menaruh tatapan kosong pada suasana jalan raya itu. Aku Bengong. Melamun.

"Jadilah dirimu sendiri. Jangan tiru,jangan ikut ikutan. Belanjalah sesuai kebutuhan,bukan Karena keinginan Sesaat. Ingat! diskon itu hanya mengocehmu. Itu hipnotis massal. Kalian ini masih labil. Mudah terpengaruh hal apapaun. Massa massa Kalian penuh tantangan. Kalian harus menjadi diri sendiri. Jadi diri sendiri. " kata kata pak bobi sewaktu pelajaran kewirausahaan terlintas di kepalaku di kepalaku. Seolah aku sedang di hakimi oleh pak bobi. Walaupun itu hanya sebuah ingatan yang keluar dari memory otakku. 

Tiba Tiba aku merasakan hal yang aneh. Kata kata itu seolah menyindirku. Pikiranku melayang,entah kemana,mungkin berkelana. Aku hanya mengamati jalan pikiranku.
 
Saat berkumpul dengan teman,sahabat,dan keluarga atau berada di keramaian aku merasa sepi,sunyi,dan hampa. Suatu ketika aku dan teman temanku sedang bersenda gurau,bercanda,dan ngobrol tidak penting, aku mendengarkan dan memperhatikan. Saat mereka tertawa,akupun ikut tertawa. Dan saat mereka emosi,akupun ikut emosi. Aku rasa, aku hanya ikut ikutan.Aku sadar. Aku seperti orang lain. Aku ini palsu,seperti topeng,dan seperti beo. Aku bukan diriku. Aku terpuruk. Argh!!!

"Siapakah aku?" Aku bertanya pada diriku sendiri. 

Tak ada jawaban.
 
Kembali aku menanyakannya lagi, "siapakah aku?"

Aku diam,bingung untuk menjawab.  Atau mungkin pertanyaan itu tak perlu jawaban.

***

Ketika pelajaran kimia,pak gono. Sungguh,aku tak fokus,tak konsen terhadap pelajaran kimia. Pikiranku terus terganjal dengan sebuah pertanyaan yang terus menghantui, "siapakah aku?",Pertanyaan itulah yang membuatku gelisah dan aku, berusaha untuk melupakannya. Namun sulit . Sulitnya sama saja ketika mengingat rumus kimia yang berderet dan baru saja di ajarkan.

***

Siang itu lumayan panas. Matahari tepat berada di atas umbun umbunku. Pori pori kulitku tak henti hentinya mengeluarkan tetes demi tetes keringat. Untungnya angin yang berhembus kencang dari arah utara itu cepat cepat menyapu keringan yang keluar. Di jalan setapak yang terbuat dari plester,Yang membelah ladang jagung. Aku melangkahkan kaki menuju rumahku. Jalan inikah yang aku lalui untuk rutinitasku sebagai seorang pelajar. Sebuah rutinitas yang membosankan.          Entah kenapa aku mengingatnya kembali, sebuah pertanyaan yang membuatku gelisah dan seketika aku berteriak menanyakannya. Mungkin pertanyaan itu sudah merembas masuk ke alam bawah sadarku.           "SIAPAKAH AKU?" teriakku, tanganku menjambak rambutku. tubuhku di balut emosi dan seolah,kepalaku mau meledak. Argh!!!!

"kau harus mengenal dirimu sendiri"

"ya, aku sudah kenal diriku ini. Aku yang terpuruk,kesepian,pendiam,pemalu,dan tak berdaya"
 
Tunggu dulu. Kenapa aku berkata seperti itu?,Bathinku. Lalu siapa yang menjawab pertanyaanku?. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

Aku mencari sumber suara itu,siapakah yang mengatakan;"kau harus mengenal dirimu sendiri". Seperti seorang wanita yang mengatakannya. Aku menoleh ke depan,lalu kebelakang. Selanjutnya ke kiri dan kanan. Dan berbagai arah penjuru mata angin. Namun setelahnya aku tak mendapat seorang satupun. Hanya ada tanaman jagung yang berdiri berjajar di Sekitarku.

Jangan jangan,..., aku menoleh ke arah depanku lagi. Lalu berjalan dengan langkah tergopoh gopoh. Bulu kudukku meremang. 

Tiba tiba di depanku. Aku mendapati seorang wanita bersayap berdiri di depanku. Aku kaget. Wanita itu tampak seperti malaikat,peri,bidadari,atau apalah namanya, Yang seperti di film film,dongeng,komik fantasi.

Aku terpana melihatnya. "si...siapakah kau?" tanyaku, aku memandangi lekat lekat wanita itu. Pakainnya tipis,berwarna biru,dan oh,tidak,pikiranku kotor.

Dia menatapku. Matanya lebar,kornea matanya berwarna biru. Wow!,cantiknya,batinku.         

"Ikutlah aku" 

Dia membelakangiku. Lalu melangkah dan berhenti. Dia memutarkan tangan kirinya.  Gerakan tangannya memutar. Entah apa yang ia lakukan,aku tak tau. Aku hanya memandangi lekuk tubuhnya yang seksi dan aduhai. Selanjutnya,tiba tiba di depan dia, muncul setitik cahaya yang berwarna biru menyilaukan. Lalu cahaya itu membesar dan membentuk sebuah pusaran.

"ayo ikutlah aku" katanya.

"ke..kemana?"

Belum sempat menjawab pertanyaanku,dia langsung memasuki pusaran cahaya berwarna biru itu. Sekejap dia terhisap dan lenyap. "tunggu dulu" kataku. Aku kemudian masuk pusaran cahaya biru itu. aku tersedot,terhempas,dan melesat. Di sini sensasinya sulit di ungkapkan lewat kata. Ini sungguh mengasyikan di banding waterboom,histeria dan roalcoaster yang berada di Dufan ,dan pokoknya lebih.

***            

Tiba tiba aku berada di sebuah tempat. Entah apa namanya. Di sini  Aku merasakan sebuah kedamaian,sejuk,dan lihatlah. Aku menatap Jutaan bintang yang bertebaran. oh, indahnya.            

"Kau siapa?"          

"nanti kau akan tahu."          

"di manakah aku?"          

"di dalam dirimu."          

"hah? dalam diriku?" aku tercengang.
"bukankah di dalam diriku ini cuma ada organ organ. Seperti otak,jantung,usus,paru paru...." Dia memotong pembicaraanku.        

"bukan itu maksudku" dia tersenyum manis. "kita ada di alam pikiranmu. atau jiwamu"         

"pikiran?jiwa?”          

"akan aku jelaskan," katanya. "kau akan melihat berbagai slide slide memori tentangmu"         

"apa maksudmu? aku tak mengerti semua ini. aku bermimpi?" Kataku.
          
"apa ini mimpi?" aku mencubit kulit di pergelangan tanganku. Sakit.         

"kau dalam kondisi sadar. hanya orang tertentulah sepertimu yang dapat memasuki alam pikiranmu"        

Kami berjalan menyusuri padang yang luas. Di atas langit sana jutaan bintang berkerlap kerlip. Suasananya sangat damai.         

"apakah aku mati?"        

"tidak. kamu masih hidup. kau hanya memasuki alam pikiranmu. kau menyelami diri sendiri"        

"lantas,kau siapa? rasanya aku pernah menanyakan ini sebelumnya. namun kau tak menjawabnya."        

"aku bagian dari dirimu."         

"bagian?"        

"bagian yang tak terlihat,tak berwujud,namun kau dapat merasakan keberadaanku. seperti halnya ketika kau merasakan hembusan angin. aku berada di sisimu setiap saat"       

"namun aku tak merasakan keberadaanmu"       

"wujudku halus. sejak kau ada,hingga tiada, aku akan selalu bersamamu." katanya. "kalau kau tau,ketika kau menangis,frustasi,stress,marah,dan sedih. tiba tiba kau mengatakan sesuatu dan membuatmu bangkit. Yang mengatakan itu sebenarnya adalah aku,namun kau tak menyadarinya"      

"oh." aku kembali menatap bintang itu. "kenapa aku berada di sini?"      

"karenamu."      

"karenaku?"      

"ada sebuah masalah yang terus berkecemuk di pikiranku. lalu pancaran energi pikiranmu masuk ke alam bawah sadarmu dan mengetuk pintu multidimensional" jelasnya. " hal inilah yang mendorongku untuk menampakan diri dan membantumu"        

“kau hidup di alam multidimensional?” tanyaku.  "well, aku ingin menanyakan sesuatu. si.."        

Dia memotong pembicaraanku.    

"siapakah aku kan?" katanya.

aku mengangguk.

"kau sebenarnya adalah dirimu. namun seiring berjalannya waktu. kau sering melihat keluar. melihat orang lain. kau iri,ikut ikutan,dan egomu terlalu tinggi. kau selalu memperhatikan apa yang di luarmu. dirimu tak terurus."        

"tepat sekali. lalu bagaimana?"        

"kau harus menjadi diri sendiri. menjadi apapun yang kau mau. hidup apa adanya. jangan ikut ikutan orang lain. hargai,hormati,dan cintailah orang di sekitarmu."         Aku mencermatinya. "ya,aku tau"       

"aku harus pergi"katanya. lalu diapun terbang,melesat,dan menyatu dengan bintang bintang itu        

"tunggu,ini belum selesai,ada sesuatu yang harus aku tanyakan lagi" aku berteriak menatap bintang bintang itu.       

"dan satu lagi. kau harus punya mimpi" katanya di antara bintang bintang itu.***       

"siapakah aku? siapakah aku? siapakah aku?"       

"heh,dia siuman" kata seseorang. Suaranya seperti orang wanita.          Perlahan aku membuka mata. Pandangan mataku sedikit buram. Kemudian aku melihat kerumunan wajah wajah yang menatapku. Ternyata Ilham,tetanggaku,ibu,nenek,kakek,dan adikku. Aku mendapati diriku berada di kamarku.

Setelah aku terbangun dan sadar. Aku merasakan tubuhku kembali segar. Ilham bercerita padaku. Saat dia berjalan melewati jalan setapak yang membelah ladang jagung untuk mencari rumput,dia mendapati diriku dalam keadaan pingsan. Lalu dia membawaku ke rumahku.

“Harus banyak istirahat nak,” Kata ibuku. Aku mengangguk.

1 komentar: